Judul Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam. Penulis: Dian Purnomo. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020) Jumlah halaman: 320 hlm. Baca via: Gramedia Digital . Novel ini adalah salah satu novel yang sering banget aku liat seliweran di timeline Twitter-ku, khususnya di salah satu base buku yang paling terkenal. Nggak usah sebut merk lah Sinopsis Novel Sosok Sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog yang lihai dalam membuat baitan puisi memenuhi sudut surat kabar ini menjalin hubungan dengan Pingkan, Pingkan sendiri merupakan dosen muda di prodi Jepang. Pada dasarnya mereka sudah kenal sejak lama, apalagi Sarwono sendiri adalah teman dari kakak Pingkan, Toar. Mereka pun bingung sampai kapan hubungan ini dapat berlanjut ke pernikahan. Sebuah prosesi yang membutuhkan pemikiran dan tahap lebih dewasa. Sementara pada saat ini, mereka masih asyik dengan status pacaran sekarang. Ada banyak likuan hidup yang dihadapi Sarwono dengan Pingkan. Terlebih mereka adalah sosok yang berbeda dari kota, budaya, suku, bahkan agama. Sarwono yang dari kecil hidup di Solo, sudah pasti orang Jawa. Sedangkan Pingkan adalah campuran antara Jawa dengan Menado. Ibu Pingkan adalah keturunan Jawa yang lahir di Makassar, sedangkan bapakPingkan berasal dari Menado. Di sini mereka berdua tidak mempersoalkan apa itu suku beda, atapunkeyakin yang berbeda. Ya Sarwono yang sangat taat pada agamanya Islam, dan sosok Pingkan yang juga meyakini agama Kristen sepenuh hati. Permasalahan tentang agama ini dicuatkan oleh keluarga besar Pingkan yang di Menado. Dengan berbagai cara mereka selalu bertanya pada Pingkan tentang hubungannya dengan Sarwono. Pertanyaan yang terlihat berniat menyudutkan, berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungan dengan Sarwono. Harapan keluarga besarnya adalah dia menikahi sosok dosen muda yang pernah kuliah di Jepang dan sekarang mengajar di Manado. Sosok pemuda yang dari dulu juga menaksir Pingkan. Namun dengan berbagai upaya, Pingkan tetap bersikukuh mempertahankan hubungan itu dengan dia berencana kalau menikah akan meninggalkan Menado dan tinggal selamanya di Jakarta. Tempat dia berkerja sebagai dosen. Hubungan asmara Pingkan dan Sarwono ini tidak hanya mendapatkan aral dari keluarga besar Pingkan saja. Ketika Pingkan berhasil mendapatkan beasiswa ke Jepang, Sarwono merasa kehilangan dan ketakutan. Ketakutannya bukan dari keraguannya atas cinta Pingkan, namun lebih pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Yah, di Jepang ada sosok sontoloyo Katsuo. Katsuo sendiri adalah dosen Jepang yang pernah kuliah di UI, tempat Sarwono dan Pingkan mengajar sekarang. Dan selama di Indonesia, Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Tidak hanya alur tentang bagaimana Sarwono menahan diri dan meyakinkan dirinya sendiri kalau Pingkan tetap setia padanya. Di sini juga ada cerita bagaimana Sarwono harus kuat melawan batuk yang tidak berkesudahan. Batuk yang pada akhirnya membuat dia harus terkapar di pembaringan Rumah Sakit. Ada juga kisah tentang arti dari penamaan Pingkan, ya nama Pingkan diambil dari sebuah cerita yang sudah melegenda di Menado. Kelebihan dan Kekurangan Novel Kelebihan Novel Cover dari novel ini sangat menarik dengan efek tulisan yang basah karena terkena tetesan air hujan. Gaya bahasa yang digunakan penulis kurang bisa dipahami secara langsung. Ditambah lagi akhir cerita yang masih menggantung. Karena dalam novel tersebut tidak ada kejelasan bagaimana rencana pernikahan Sarwono dan Pingkan atau paling tidak akhir dari hubungan mereka dan keluarga besar Pingkan. Kekurangan Novel Menambah pengetahuan pembaca mengenai kebudayaan Minahasa dan Solo melalui tokoh Pingkan dan Sarwono. Ditambah lagi sedikit informasi mengenai kehidupan dan hiruk pikuk yang terjadi diseputaran sebuah universitas. Ide yang Ingin Disampaikan oleh Pengarang Ide yang ingin disampaikan pengarang adalah toleransi antar umat beragama, toleransi budaya dan suku, serta kesetiaan cinta sepasang kekasih. Majas dan Pencitraan Novel Majas 1. Majas Asosiasi Pada kalimat “Ia suka sakura yang hanya mekar seminggu di awal musim semi, dan langsung gugur bagaikan ronin yang dipenggal kepalanya oleh samurai yang dikhianatinya.” bab 2 halaman 12 Penjelasan Kalimat tersebut memiliki majas perbandingan yang ditandai dengan kata “bagaikan”. 2. Majas Hiperbola Pada kalimat “Cahaya matahari pertama bersinggungan dengan cakrawala” bab 2 halaman 45 Penjelasan Memiliki makna berlebihan yang artinya pagi hari. Pada Kalimat “Pingkan merasa lepas dari tubuhnya” bab 2 halaman 33 Penjelasan Memiliki makna berlebihan yang artinya merasa kelelahan. 3. Majas Satire Pada kalimat “Kuping Jawa itu yang suka ngeloyor ke sana kemari dan kalau nyanyi tidak jelas itu macapat atau sonata” bab 2 halaman 33 Penjelasan Memiliki maksud untuk mengecam atau menertawakan 4. Majas Metonimia Pada kalimat “Musashi yang suka minum Coca-Cola” bab 2 halaman 52 Penjelasan Memakai merk “Coca-cola” untuk menggantikan pengucapan minuman bersoda Pada kalimat “Garuda yang langsung dari Menado mendarat agak terlambat.” bab 2 halaman 67 Penjelasan Memakai atribut “Garuda” untuk menggantikan pengucapan maskapai pesawat Garuda Indonesia. 5. Majas Personifikasi Pada kalimat “Terdengar lengkingan suara penyanyi dan jerit gitar elektrik yang menjadi ciri band itu” bab 2 halaman 47 Penjelasan Mengungkapkan bahwa gitar seolah-olah dapat menjerit seperti manusia. Pencitraan 1. Penglihatan Pada kalimat “Liat itu yang duduk di sudut” bab 2 halaman 13 Pada kalimat “Di jalan pulang dilihatnya beberapa anak dengan seragam merah-putih berjalan setengah menari setengah menyanyi” bab 2 halaman 87 Pada kalimat “Rombongan Menado itu hampir serentak menoleh kepada mereka” bab 2 halaman 73 2. Pendengaran Pada kalimat “Hujan, bisiknya entah pada siapa” bab 1 halaman 2 Pada kalimat “Terdengar lengkingan suara penyanyi dan jerit gitar elektrik yang menjadi ciri band itu” bab 2 halaman 47 Pada kalimat “Sebuah ruang kedap suara yang merayakan senyap” bab 2 halaman 44 3. Penciuman Pada kalimat “Tanpa aroma tanpa warna” bab 2 halaman 44 BAB III PENUTUP Kesimpulan Novel karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Hujan Bulan Juni” diterbitkan pada bulan Juni tahun 2015. Novel inimemiliki nilai-nilai moral yang sangat terasa, mengajarkan untuk saling toleransi terhadap perbedaan agama, budaya, suku, serta kesetiaan cinta sepasang kekasih. Tulisannya membuat pikiran pembaca melayang-layang seperti seorang penyair yang pandai memuji, namun kerap kali terlihat rapuh dan mudah meneteskan air mata. Pergolakan hati yang terus bertanya bisa tetap meyakinkan diri dalam satu hubungan, kalau kenyataan yang dihadapi harus saling berjauhan. Alur ceritanya sulit ditebak dan membuat kita terhanyut dalam alurnya ketika sedang membacanya. Saya merekomendasikan novel ini untuk dibaca dan dimiliki, sebuah novel yang cara penulisannya berbeda serta dipenuhi syair di setiap kalimatnya. Sumber
ResensiNovel Rinduku Sederas Hujan Sore Itu - Sederas Hujan Sore Itu merupakan buku yang memuat dua puluh sembilan tulisan. Dengan sampul yang cantik ditambah lukisan yang ada di dalamnya. Lukisan tersebut adalah karya dari istrinya bang Khairen. Cantik dan manis, membuat penggambaran hujan dan hal yang manis namun kadang menyakitkan jadi terasa.
Resensi Hujan Bulan Juni Resensi buku novel Hujan Bulan Juni Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit Gramedia Pustaka Utama Sinopsis Sosok sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog yang pandai dalam membuat bait puisi. Dia memiliki hubungan dengan pinkan yang merupakan dosen muda Prodi Jepang. Mereka sudah kenal sejak lama, apalagi sarwono adalah teman dari kaka Pinkan , Toar. Banyak Rintangan hidup yang harus mereka hadapi . Mereka memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda baik kota, suku, budaya bahkan agama. Sarwono adalah keturunan jawa asli yang sejak kecil sudah tinggal dan hidup disolo . Sedangkan Pinkan adalah campuran Jawa dengan Manado . Karena perbedaan diantara mereka, keluarga Pinkan tidak merestui hubungan mereka. Permasalahan tentang agama ini dicuatkan oleh keluarga besar Pinkan yang di menado. Keluarga Pinkan yang selalu berharap Pinkan tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono. Harapan keluarga besar Pinkan adalah Dia menikah dengan dosen muda yang juga berhubungan baik dengan pinkan. Hubungan Pinkan dan Sarwono juga mendapat berbagai halangan . Ketika Pinkan mendapatkan Beasiswa ke Jepang Sarwono merasa kehilangan. Ketakutannya ukan kerena meragukan cinta Pinkan, namun pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang yaitu santoloyo katsuo. Katsuo adalah dosen Jepang yang pernah kuliah di UI, tempat Sarwono dan Pinkan mengajar sekarang. Dan selama di Indonesia , Katsuo sangat dekat dengan Pinkan. Berita Sarwono sakit telah sampai pada Pinkan yang saat itu sudah berada di Jakarta dan langsung ke Solo untuk menemui Sarwono. Ibu Sarwono memberikan Pinkan koran dan dibukanya terdapat tiga bait sajak pendek disudut halamannya. Kelebihan dan kekurangan Cover dari novel ini sangat menarik dengan efek tulisan yang basah karena terkena tetesan hujan . Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Menambah pengetahuan pembaca mengenai berbagai macam kebudayaan . Banyak informasi mengenai kehidupan yang terjadi di Universitas. Kekurangan dari novel ini adalah gaya bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami secara langsung dan alur ceritanya sulit ditebak. Serta kisah cinta Sarwono dan Pinkan belum berakhir akankah sampai pernikahan atau tidak. Kesimpulan Novel yang berjudul Hujan Bulan Juni yang merupakan karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan tentang kisah cinta dua dosen yaitu Sarwono dan Pinkan. Namun hubungan mereka belum sampai ke jenjang pernikahan kerana perbedaan diantara mereka terutama dalam hal agama.. Novel ini memiliki nilai-nilai moral yang sangat tinggi, mengajarkan untuk saling toleransi terhadap perbedaan agama, budaya serta kesetiaan cinta sepasang kekasih Postingan populer dari blog ini Contoh Soal Sosiologi lengkap dengan pembahasannya Contoh Soal Sosiologi 1 . Dalam acara penggalangan dana untuk bantuan bencana alam, banyak terkumpul sumbangan yang diberikan para undangan sesuai kemampuan masing-masing. Suasana dalam acara tersebut menunjukan bentuk iteraksi sosial bersifat... a . Akomodatif b . Disosiatif c . Integratif d . Asimilatif e . Asosiatif Jawab E Asosiatif Bentuk interaksi yang mengarah pada persatuan 2 . Keretakan hubungan antartetangga berakhir setelah mereka mendatangani kesepakatan atas batas tanah yang mereka sengketakan disaksikan ketua RT. Masing-masing pihak menyadari kekeliruannya,sehingga bisa saling memaafkan. Bentuk akomodasi pada ilustrasi tersebut adalah.. a . Mediasi b . Konsiliasi c . Toleransi d . Arbitrasi e . Kompromi Jawab ; D Arbitrasi merupakan bentuk akomodasi yang melibatkan pihak ketiga dengan posisi yang lebih tinggi dari pihak yang bertikai, sehingga keputusan yang diambil bersifat mengikat. Adanya peran RT menunjukan proses arbitrasi Resensi Novel Bila Esok Ayah Tiada
RESENSIPERAHU KERTAS 2 Akhir Cerita Agen Neptunus. Judul Film : Perahu Kertas 2. Sutardji Calzoum Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti karya Sampah Bulan Desember. Sukses dengan novel pertamanya, Dee meluncurkan novel keduanya, Supernova Dua berjudul “Akar” pada 16 Oktober 2002. pada bulan Agustus 2008, Dee merilis Cover Novel Hujan Bulan Juni gambar Hujan Bulan Juni – Sebuah novel karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Gramedia pada Juni 2015. Novel setebal 135 halaman ini menceritakan tentang kehidupan antara dua sejoli Sarwono & Pingkan yang penuh liku. Di dalam tulisannya, Sapardi Djoko Damono tetaplah memunculkan ciri khasnya yang lihai dalam membuat kalimat. Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa Jawa pada di dalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan. Novel Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono Judul Hujan Bulan JuniPenulis Sapardi Djoko DamomoPenerbit Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit Juni 2015ISBN 9786020318431Tebal 135 Halaman Sosok Sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog yang lihai dalam membuat baitan puisi memenuhi sudut surat kabar ini menjalin hubungan dengan Pingkan, Pingkan sendiri merupakan dosen muda di prodi Jepang. Pada dasarnya mereka sudah kenal sejak lama, apalagi Sarwono sendiri adalah teman dari kakak Pingkan, Toar. Mereka pun bingung sampai kapan hubungan ini dapat berlanjut ke pernikahan. Sebuah prosesi yang membutuhkan pemikiran dan tahap lebih dewasa. Sementara pada saat ini, mereka masih asyik dengan status pacaran sekarang. Ada banyak likuan hidup yang dihadapi Sarwono dengan Pingkan. Terlebih mereka adalah sosok yang berbeda dari kota, budaya, suku, bahkan agama. Sarwono yang dari kecil hidup di Solo, sudah pasti orang Jawa. Sedangkan Pingkan adalah campuran antara Jawa dengan Menado. Ibu Pingkan adalah keturunan Jawa yang lahir di Makassar, sedangkan bapak Pingkan berasal dari Menado. Di sini mereka berdua tidak mempersoalkan apa itu suku beda, ataupun keyakinan yang berbeda. Ya Sarwono yang sangat taat pada agamanya Islam, dan sosok Pingkan yang juga meyakini agama Kristen sepenuh hati. Permasalahan tentang agama ini dicuatkan oleh keluarga besar Pingkan yang di Menado. Dengan berbagai cara mereka selalu bertanya pada Pingkan tentang hubungannya dengan Sarwono. Pertanyaan yang terlihat berniat menyudutkan, berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungan dengan Sarwono. Harapan keluarga besarnya adalah dia menikahi sosok dosen muda yang pernah kuliah di Jepang dan sekarang mengajar di Manado. Sosok pemuda yang dari dulu juga menaksir Pingkan. Namun dengan berbagai upaya, Pingkan tetap bersikukuh mempertahankan hubungan itu dengan serius. Bahkan, dia berencana kalau menikah akan meninggalkan Menado dan tinggal selamanya di Jakarta. Tempat dia berkerja sebagai dosen. Hubungan asmara Pingkan dan Sarwono ini tidak hanya mendapatkan aral dari keluarga besar Pingkan saja. Ketika Pingkan berhasil mendapatkan beasiswa ke Jepang, Sarwono merasa kehilangan dan ketakutan. Ketakutannya bukan dari keraguannya atas cinta Pingkan, namun lebih pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Yah, di Jepang ada sosok sontoloyo Katsuo. Katsuo sendiri adalah dosen Jepang yang pernah kuliah di UI, tempat Sarwono dan Pingkan mengajar sekarang. Dan selama di Indonesia, Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Tidak hanya alur tentang bagaimana Sarwono menahan diri dan meyakinkan dirinya sendiri kalau Pingkan tetap setia padanya. Di sini juga ada cerita bagaimana Sarwono harus kuat melawan batuk yang tidak berkesudahan. Batuk yang pada akhirnya membuat dia harus terkapar di pembaringan Rumah Sakit. Ada juga kisah tentang arti dari penamaan Pingkan, ya nama Pingkan diambil dari sebuah cerita yang sudah melegenda di Menado. Berikut beberapa kutipan kalimat ataupun puisi yang ada di dalam novel ini; “Tanpa aku kirim pun, karena puisi itu shaman tentu pesannya sudah sampai ke Kyoto. Ia merasa puas dengan pernyataannya sendiri – Halaman 8” “Apa dosa dan salahku maka aku telah mencintai laki-laki Jawa yang sering zadul mikirnya ini? – Halaman 36” “Yang aku cintai adalah Matindas yang lain-Tuama Minahasa yang bisa menaklukkan hatiku – Halaman 57” Katamu dulu kau takkan meninggalkanku Omong kosong belaka! Sekarang yang masih tinggal Hanyalah bulan Yang bersinar juga malam itu Dan kini muncul kembali Hujan Bulan Juni – Halaman 94 Kita tak akan pernah bertemu; Aku dalam dirimu Tiadakah pilihan Kecuali di situ? Kau terpencil dalam diriku Hujan Bulan Juni – Halaman 133 Sungguh alur cerita yang sulit untuk ditebak. Tulisan yang membuat pikiran melayang-layang seperti seorang penyair yang pandai memuji, namun kerap kali terlihat rapuh dan mudah meneteskan airmata. Pergolakan hati yang terus bertanya bagaimana mungkin aku bisa tetap meyakinkan diri ini dalam suatu hubungan, kalau kenyataannya kita sekarang berjauhan. Novel ini benar-benar membuat kita terhanyut dalam alurnya ketika sedang membaca. Aku rekomendasikan untuk membaca novel ini dan memilikinya, sebuah novel dengan cara penulisan yang berbeda serta penuh syair di setiap kalimatnya.
Щኧծиվыժፉща τէ ሳ
ጢμοሒገкищеμ клуφеգኩ
Μоբ ρ
Πእգесαλоւե веφектιթու
Л ζቧц
Еկቪ ուщучθглիդ цիдрիվωх рсխжጸщ
B Bacalah puisi berjudul “Hujan Bulan Juni”. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Majas apa saja yang ada dalam puisi “Hujan Bulan Juni”? 2. Bagaimana irama yang tergambar di dalamnya? 3. Tunjukkan kata-kata yang bermakna konotasi dalam puisi “Hujan Bulan Juni”. Jelaskan pula makna dari setiap kata itu. 4.
Ditulis oleh Ridea Nataria di untuk program ResensiPilihan di Twitter bukugpu Hujan Bulan Juni adalah buku pertama dari trilogi “Hujan Bulan Juni” yang terinspirasi dari buku kumpulan sajak dengan judul yang sama karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan kembali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013 silam. Novel ini mengisahkan tentang “hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang.”Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/ dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu// Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/ dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya puisi yang mungkin terdengar tak asing tersebut adalah bagian dari sajak “Aku Ingin” dalam kumpulan sajak Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. 21 tahun berselang sejak salah satu karya paling romantis itu, lahirlah sebuah novel berjudul sama. Satu akar, lain pohon. Itu mungkin perumpamaan yang tepat untuk novel ini, terutama jika menimbang judul dan sampulnya yang penyair sekaligus pengarangnya sendiri, lebih suka menyebutnya sebagai proses perpindahan bentuk yang kreatif. Yang terpenting, beliau juga menegaskan masing-masing sebagai karya yang berdiri sendiri. Faktanya, keduanya memiliki keistimewaan berbeda meski membawa pesan yang sama, yakni cinta yang habis-habisan tapi tidak egois. Cinta yang berusaha memberi dan menyokong, bukan menuntut dan kumpulan sajaknya kerap dipandang kental dengan persoalan sentimental, novel Hujan Bulan Juni mengemas aliran emosi bernama cinta menjadi lebih lugas dan nyata. Larik-larik puisi yang menggetarkan hati itu diramu kembali dalam wujud tali kasih dua anak manusia yang terhalang jarak, suku, dan adalah seorang antropolog, Jawa, dan muslim. Pingkan adalah seorang Jawa-Menado dan penganut Katolik yang menekuni bahasa Jepang. Keduanya saling mengasihi dan mendukung. Kadang dengan ungkapan paling sederhana, lain waktu dengan perasaan yang tumpah ruah. Namun rupanya hubungan itu tidak selalu berjalan mulus. Perbedaan latar belakang suku dan agama antara keduanya yang mulai memicu pertentangan keluarga mereka menjadi akar kebimbangan yang menghinggapi hati kedua sejoli tersebut. Masalah pun semakin pelik ketika tiba saatnya mereka dipisahkan jarak karena Pingkan memperoleh kesempatan belajar di luar dari sekedar kisah romansa kebanyakan, Hujan Bulan Juni secara tidak langsung turut menyoroti dan mengkritik isu diskriminasi dalam masyarakat yang bersumber dari perbedaan suku dan agama. Dalam hal ini, novel tersebut menggarisbawahi tentang stigma kesukuan dan keagamaan yang masih begitu kuat di tengah masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Konflik yang tersirat antara kedua keluarga dalam cerita seolah menegaskan penolakan terhadap kawin campur antara pihak yang berlainan suku dan keyakinan. Sebaliknya, Sapardi mencoba mengajak para pembacanya menyikapi topik serius itu dengan nalar dan kepala dingin, sebagaimana ditunjukkan BatinTerlepas dari segala ekspektasi yang membebaninya, novel Hujan Bulan Juni melenggang di panggung sastra dengan caranya sendiri. Salah satu karakteristik yang membuatnya tampil berbeda dari mayoritas novel kontemporer saat ini adalah penggunaan gaya narasi monolog yang kurang akrab, monolog batin yang juga dikenal sebagai stream of consciousness atau interior monologue merupakan teknik/gaya menulis yang mengusung konsep arus kesadaran di mana para tokoh digambarkan mengungkapkan pikiran dan perasaannya seakan-akan sedang bicara pada dirinya sendiri. Teknik ini mulai dipakai sejak akhir abad ke-19 di antara kalangan sastrawan modern Amerika seperti Henry James, James Joyce, William Faulkner, dan Virginia Woolf. Di tanah air sendiri, salah satu pengarang yang lekat dengan aliran tersebut adalah Putu umum, penggunaan monolog batin dalam sebuah karya sastra mendorong pembaca untuk terus terlibat dalam teks, dan oleh karena itu dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam sekaligus realistis. Melalui kalimat-kalimat panjang, pengarang justru melipat baca memperkecil jarak antara pembacanya dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Di samping itu, monolog batin juga memungkinkan adanya pemahaman yang lebih komprehensif terhadap tokoh, kejadian, dan gagasan dalam suatu cerita, bahkan latar belakang sebuah karya kasus Hujan Bulan Juni, monolog batin yang merangkai keseluruhan cerita bukan semata dimaksudkan untuk menggelitik rasa ingin tahu. Lebih dari itu, monolog batin menjadi alat sang sastrawan untuk tujuan yang serius seperti menyisipkan kritik kondisi sosial hingga yang dianggap sepele seperti memperkuat satu contoh penggunaan monolog batin yang dianggap paling tidak lumrah’ dalam novel ini adalah untuk menggambarkan pikiran dan perasaan yang terus mengalir. Dalam hal ini, sang pengarang ingin pembacanya menikmati imaji dan persepsi dengan seleluasa mungkin. Oleh karena itu, tidak dijumpai tanda baca di antara kalimatnya seperti yang tampak pada halaman 44-45 buku kali ini mereka menyadari bahwa kasih sayang yang mengungguli segalanya menembus apa pun yang tidak bisa dipahami oleh pengertian pinggir jalan tidak akan bisa dicapai tidak bisa dibincangkan dengan teori metode dan pendekatan apa pun…bahwa kasih sayang ternyata tidak pernah menawarkan kesempatan untuk tanya-jawab yang tak berkesudahan bahwa kasih sayang ternyata sebuah ruang kedap suara yang merayakan senyap sebagai satu-satunya harap…Dengan deskripsi yang terkesan acak dan tak beraturan tersebut, Sapardi justru memperkaya definisi kasih sayang dan memberinya bentuk’. Kasih sayang bukan lagi hanya rasa melainkan menjelma sebagai hal yang dapat dilihat, disentuh, didengar bahkan memiliki dimensi dan dapat bergerak. Kasih sayang menjadi sebuah pengalaman naratif yang anonim namun pada saat yang sama, kolektif. Sayangnya, tidak sedikit pembaca yang memandang janggal penggunaan monolog batin seperti ini. Mereka umumnya mudah kehilangan fokus dan perhatian di antara barisan kalimat yang seperti tak berujung sisi lain, Sapardi juga banyak memposisikan monolog batin sebagai medium untuk mengungkapkan watak para tokohnya secara tidak langsung. Gaya monolog yang dipakai tampak cukup bervariasi antar satu tokoh dengan lainnya. Pergumulan pikiran Sarwono, sang tokoh utama, misalnya selalu cenderung jenaka dan itu medium, dan medium itu dukun, bisiknya berulang kali kepada dirinya sendiri sambil batuk kecil, tanpa curiga bahwa ada orang yang menoleh padanya mendengar suara bisikannya dan mungkin menganggap isi otaknya kurang seperempat. Hujan Bulan Juni, Hal. 4Dalam pemahaman yang serupa, monolog batin juga dimanfaatkan untuk menyiratkan isu sosial yang serius. Melalui opini spontan nan santai yang dilontarkan tokoh Sarwono seputar perbedaan suku dan status, SDD dengan piawai menyampaikan kritiknya terhadap konstruksi sosial yang terbentuk di tengah masyarakat tanah air. Meski tidak menyuarakan kritik sosial politiknya dengan lantang seperti sejumlah karya kontemporer lainnya, toh pada akhirnya novel ini tetap berhasil mempertahankan esensinya untuk membawa isu diskriminasi ke pernah bilang dari mana pun asal usul Ibu terserah, bukan masalah, asal tidak dari Neraka.” Toar diam sejenak menahan tawa. Tampaknya. Sarwono berpikir, ternyata yang bisa melucu bukan hanya orang Jawa yang namanya Basiyo. Orang Menado juga bisa. Ia yakin, selama masih bisa melucu orang berhak menjadi anggota masyarakat terhormat yang disebut intelektual – gerombolan orang cerdas. Hujan Bulan Juni, Hal. 18Terakhir, monolog batin juga berperan sebagai benang merah yang merangkai keseluruhan cerita Hujan Bulan Juni. Kendati tampaknya tidak saling terkait, semua narasi dan obrolan acak yang menghiasi monolog dan dialog para tokohnya membawa satu pesan yang sama yakni kasih sayang. Persoalan Jawa, Manado, liyan, legenda Pingkan dan Matindas, Jakarta hingga ronin dan sakura nyatanya hanya sekelumit subyek yang dipakai untuk menegaskan cinta yang habis-habisan’ antara kedua tokoh utama. Bahkan perkara sikap cengeng dan zadul Sarwono, adalah pernyataan tegas dan gamblang Pingkan yang mencintainya secara utuh termasuk kekurangannya’.Kamu ini cengeng, Sar, jualan gombal.” komentar Pingkan ketika pertama kali membaca sajak itu di sebuah majalah yang dipamerkan Sarwono. Tidak ada, rasanya, ucapan yang lebih disyukurinya. Ia suka dianggap cengeng hanya kalau yang mengucapkannya Pingkan, sebab ya memang cengeng-mau apa lagi. Hujan Bulan Juni, Hal. 11Novel Hujan Bulan Juni bukanlah tentang hujan, apalagi bulan Juni. Sebaliknya, novel ini merupakan penerjemahan puisinya yang termashyur. Rekaman wujud dan imaji kasih sayang dengan kepekaan, kepenuhan, dan kesederhanaan, bukan sebatas pepatah jangan nilai buku dari sampulnya, novel Hujan Bulan Juni adalah kasus ideal yang menggambarkan himbauan jangan nilai buku dari judulnya. Adalah kekecewaan besar bahwa sebagian pembaca mengartikan judulnya mentah-mentah dan berujung menyimpulkan buku ini melenceng dari ekspektasi karena tidak ada hujan dan bulan Juni. Agaknya tidak semua pembaca berhasil menangkap benang merah kuat antara novel yang berjudul serupa dengan puisinya yang termashyur. Apa pun pendapat dan penafsiran yang muncul, pada akhirnya sastra adalah perkara yang sangat subjektif, baik pengarang dan kata, buku yang pernah meraih nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa untuk Kategori Prosa ini memang cukup berbeda dari novel pada umumnya. Menghibur dan santai di satu sisi, namun juga menggelitik rasa ingin tahu dan kaya esensi di lain pihak. Puisi yang menjelma menjadi lagu kemudian komik lalu novel dan nantinya film layar itu cinta yang tak hapus oleh hujan tak lekang oleh panas, kata Pingkan kepada dirinya sendiri sambil mengingat-ingat wajah Sarwono ketika melambaikan tangan dari balik klise yang bersikeras untuk menjelma kembali ke habitatnya yang purba sebagai larik puisi. Pingkan selalu menarik napas dalam-dalam setiap kali mengucapkan itu diam-diam sambil menambahkan, Jakarta itu kasih sayang. Hujan Bulan Juni, Hal. 125
pingkanmelipak jarak adalah novel seri kedua dari trilogi "hujan bulan juni" karya sapardi djoko damono. dimana sebelumnya, pada novel pertama "hujan bulan juni" dikisahkan kepelikan perbedaan agama dan suku antara jawa dan manado dari kedua belah keluarga pingkan dan sarwono, kali ini dalam pingkan melipat jarak, cerita dimulai oleh sarwono
Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan Kedua puluh dua, Juli 2021 Tebal 135 halaman ISBN 978-602-03-1843-1 Peresensi Al Fatih Rijal Pratama Novel yang berjudul “Hujan Bulan Juni” merupakan salah satu karya dari maestro sastra Indonesia yakni Sapardi Djoko Damono, yang pertama kali terbit pada tahun 2015 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sekarang buku tersebut telah dicetak ulang beberapa kali, dalam buku yang saya resensi ini telah dicetak sebanyak dua puluh dua. Novel “Hujan Bulan Juni” ini merupakan interprestasi atau ahli wahana dari antologi puisi yang berjudul “Hujan Bulan Juni” 1994. Setelah membaca novel ini tentu kita akan mengingat akan tiga buah sajak yang berjudul “Aku Ingin.” Sajak ini termuat dalam novel tersebut yang menjadikan romantisme dalam hubungan percintaan antara Sarwono dan Pingkan. Berikut kutipan sajak puisi “Aku Ingin” aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada 1989 Novel “Hujan Bulan Juni” ini menceritakan hubungan asmara antara Sarwono dan Pingkan yang digambarkan secara rinci melalui tingkah laku dalam menjalin sebuah asmara serta saat menghadapi berbagai problem-problem masalah-masalah, red kehidupan. Tak hanya itu saja, dalam novel tersebut juga menceritakan tentang perbedaan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang berbeda agama, suku, adat dan budaya. Dengan diceritakan secara kompleks dan implisit antara permasalahan hubungan keluarga dan cinta yang berjarak. Hubungan tersebut membuat mereka berdua bingung kapan hubungan tersebut berlanjut ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan. Awal mula cerita itu, dikisahkan mengenai sosok pemuda yang bernama Sarwono panggilan akrabnya, yang merupakan seorang berdarah jawa yang tinggal di daerah solo. Dia terlahir dalam keluarga yang memiliki kehidupan yang sederhana dengan kebudayaan Jawa, orang tua Sarwono merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil. Sarwono adalah seorang antropolog sekaligus dosen muda yang mengajar di program studi antropologi. Sarwono pandai menulis puisi yang kerap dimuat di surat kabar terutama dalam surat kabar Swara Keyakinan. Tulisannya Sarwono juga telah menjadi pengisi tetap dalam media cetak tersebut. Sarwono dalam cerita novel tersebut digambarkan sebagai sosok pemuda yang cerdas, mandiri, saleh, romantis dan bekerja keras. Dikisahkan bahwa Sarwono pertama kali mengenal Pingkan karena dia adalah adik dari temannya yang bernama Toar. Pingkan adalah seorang dosen muda dari program studi bahasa Jepang yang digambarkan sebagai sosok perempuan yang cerdas, ceria, dermawan dan berperilaku baik kepada sekitarnya. Pingkan adalah seorang blasteran antara Jawa dengan Manado. Ayah Pingkan adalah orang Minahasa yang menikah dengan Ibu Hartini, orang Jawa. Hubungan antara Sarwono dan Pingkan seringkali mengalami sebuah problem masalah, red yang disebabkan adanya perbedaan, terutama dalam agama dan adat antara kedua keluarga asmara tersebut. Dimana hal tersebut membuat hubungan mereka menjadi rumit, penuh dilema dan pergulatan batin. Belum lagi kabar mengenai Pingkan yang harus pergi ke Jepang karena mendapatkan beasiswa di Universitas Kyoto. Kabar tersebut telah membuat Sarwono yang awalnya merasa ketakutan dan khawatir, karena kepergian Pinkan di Jepang itu bersama dengan Katsuo Suntoloyo yang merupakan teman dekat Pingkan. Katsuo Suntoloyo seorang dosen Jepang yang pernah menempuh kuliah di Universitas Indonesia atau tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Kepergian Pingkan tersebut juga telah membuat kondisi Sarwono seringkali berhalusinasi, bahkan sampai terbawa mimpi karena Katsuo Sontoloyo ini menaruh hati pada Pingkan. Namun, Sarwono tetap berpikir dengan tenang dan postif karena ia yakin akan kesetiaannya Pingkan kepada dirinya. Permasalahan dalam hubungan asmara kedua tokoh tersebut tidak hanya soal perginya Pingkan, namun juga hubungan antara keluarga Pingkan yang terjadi saat Sarwono berkunjung ke rumah Bibi Henny, tantenya Pingkan. Dalam permasalahan ini menjadi semakin rumit karena keluarga Pingkan juga mendesak Pingkan untuk mau dijodohkan dengan dosen muda yang telah kenal dengannya di Manado, yaitu Tumbelaka. Tak hanya soal perjuangan asmara saja, dalam novel tersebut juga menceritkan perjuangan Sarwono melawan penyakitnya yang dideritanya, yaitu paru-paruh basah atau flek. Sampai pada puncaknya Sarwono mengalami kondisi kritis hingga harus berbaring lemas di rumah sakit. Hal itulah yang telah membuat Pingkan kembali ke Indonesia untuk menjenguk Sarwono sang kekasihnya. Uniknya, novel Hujan Bulan Juni ini memiliki sampul yang elegan dan menarik dengan efek tulisan basah seperti terkena tetesan air. Selain itu, dalam novel tersebut memiliki gaya bahasa indah yang mengalir dalam setiap kalimat yang diungkapkan begitu puitis dan kaya makna. Akan tetapi, dalam novel tersebut juga ada beberapa kelemahan, yaitu penyajian cerita yang masih nanggung atau belum selesai. Dan juga adanya beberapa kalimat dengan penggunaan gaya bahasa yang barangkali susah dimengerti khalayak umum. Sebagai penutup yang mungkin menarik ditulis untuk mengakhiri dari akhir tulisan resensi ini adalah sepenggal kalimat yang saya dapatkan setelah membaca buku antologi cerpen karya Dewi Lestari yang berjudul “Filosofi Kopi” yang berbunyi, “Mencinta tanpa takut kehilangan Cinta.” Editor Munawir Muslih
SemacamResensi: Novel Hujan Bulan Juni Maret 31, 2019 Resensi + 0 Dapatkan link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Aplikasi Lainnya; Semacam Resensi: Kukila Kumpulan Cerita Maret 31, 2019 Resensi + 0 Dapatkan link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Aplikasi Lainnya; Semacam Resensi: Tuhan Maha Asyik Maret 31, 2019 Resensi + 0 Dapatkan Resensi Novel Hujan Bulan Juni. Cover novel hujan bulan juni gambar Saya menemukan buku setebal 120 halaman, saya tertarik ketika sekilas membaca judulnya “hujan bulan juni”, ya mungkin karena bertepatan hari ini adalah bulan Novel Hujan Bulan Juni Pdf from ini memiliki sampul tetesan air dan daun kering yang sedang jatuh, sepertinya penulis ingin mengungkapkan beberapa sesuatu yang menarik hati. Namun hubungan mereka belum sampai ke jenjang pernikahan kerana perbedaan diantara mereka terutama dalam hal agama. Oleh karena itu, melalui resensi novel hujan bulan juni ini kita akan mengupas beberapa kelebihan dan kekurangannya, yaituInfo Jual Novel Hujan Bulan ± Mulai Rp Murah Dari Beragam Toko itu dibuktikan bahwa cerita yang disuguhkan dapat mengoyak perasaan bagi pembacanya. Oleh karena itu, melalui resensi novel hujan bulan juni ini kita akan mengupas beberapa kelebihan dan kekurangannya, yaitu Terdapat beberapa kelebihan dari novel berjudul hujan bulan juni, yaitu mempunyai sampul yang elegan dan menarik dengan efek tulisan basah seperti terkena tetesan air Pasti Datang, Tanpa Payah terus menunggumu memutar badan dan melempar senyum kepadaku. Novel hujan bulan juni berisi tentang kisah percintaan sarwono dan pingkan, berisi manis pahitnya hubungan keduanya. Pada resensi kali ini, saya akan membahas novel hujan bulan juni oleh sapardi djoko Ternyata Setela Membaca Saya Semakin Jatuh mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditentunnya sendiri. Kau terpencil dalam diriku novel. Bulan yang mengingatkan saya pada enam yang cukup saya Gramedia Pustaka Utama TebalNovel yang berjudul hujan bulan juni yang merupakan karya sapardi djoko damono ini menceritakan kisah cinta dua dosen muda yaitu sarwono dan pingkan. Cover novel hujan bulan juni gambar Novel hujan bulan juni, merupakan sebuah buku karangan sapardi djoko damono, yang telah terbit tahun 2015 oleh penerbit gramedia pusaka utama, serta telah dicetak ulang beberapa Ini Memiliki Sampul Tetesan Air Dan Daun Kering Yang Sedang Jatuh, Sepertinya Penulis Ingin Mengungkapkan Beberapa Sesuatu Yang Menarik hujan bulan juni, merupakan sebuah buku karangan sapardi djoko damono, yang telah terbit tahun 2015 oleh penerbit gramedia pusaka utama, serta telah dicetak ulang beberapa kali. Puisi hujan bulan juni karya sapardi djoko damono memiliki amanat tentang ketabahan, kearifan, dan kebijaksanaa yang harus dimiliki seseorang dalam keadaa berat sekalipun. Novel hujan bulan juni berisi tentang kisah percintaan sarwono dan pingkan, berisi manis pahitnya hubungan keduanya.Judulnovel :Perahu Kertas. Penulis : Dewi Lestari. Penerbit : Bentang Pustaka/Truedee. Jumlah Halaman : 444 halaman. Terbit Pertama kali : 2010. Kisah berawal di Juni 1999 Amsterdam, Belanda, dimana Keenan telah menghabiskan hidupnya selama 6 tahun dan kini diharuskan pulang kembali ke tanah air dan meninggalkan kegiatan melukis yang RESENSI NOVEL HUJAN BULAN JUNI RESENSI NOVEL HUJAN BULAN JUNI 1. Identitas novel Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit Juni 2015 ISBN 9786020318431 Tebal 135 halaman Sarwono merupakan dosen muda yang mengajar antropologi UI yang sangat pandai dalam membuat bait puisi. Dia mempunyai hubungan dengan Pingkan yang merupakan dosen muda prodi jepang. Mereka pun bingung entah kapan hubungan tersebut akan berlanjut kepernikahan. Namun mereka masih asyik dengan status pacaran. Banyak lika liku hidup yang dihadapi Sarwono dan Pingkan. Mereka adalah sosok yang berbeda baik kota,suku,budaya bahkan agama. Sarwono orang Solo yang pastinya orang Jawa sedangkan Pingkan adalah campuran antara jawa dan Menado. Ibu pingkan keturunan Jawa namun lahir di Makasar sedangkan Ayahnya berasal dari Menado. Sebenarnya Pingkan dan Sarwono tidak pernah mempermasalahkan perbedaan mereka. Namun perbedaan mereka selalu dipermasalahkan oleh keluarga besar Pingkan yang berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono. Harapan dari salah satu tante Pingkan dia menikah dengan dosen muda yang baru saja menyelesaikan studi MA di Amerika. Namun Pingkan tetap mempertahankan hubungannya dengan Sarwono. Bahkan jika dia menikah, dia akan tinggal di Jakarta bersama Sarwono. Hubungan Pingkan dan Sarwono juga mendapat aral. Ketika Pingkan mendapatkan beasiswa ke Jepang Sarwono merasa kehilangan. Ketakutannya bukan karena akan keraguan atas cinta Pingkan, namun pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Karena ada sontoloyo Katsuo. Ia merupakan dosen dari jepang yang pernah kuliah di UI tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Dan selama di Indonesia Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Sarwono yang dengan kuat menahan diri saat berjauhan dan berkeyakinan bahwa Pingkan tetap setia kepadannya. Disisi lain Sarwono yang bekerja tanpa istirahat bersamaan melawan batuk atas penyakitnya itu. Batuk yang pada akhirnya membuat dia terkapar di rumah sakit. Berita Sarwono sampai kepada Pingkan yang saat itu Pingkan sudah tiba di Jakarta. Kemudian Pingkan segera terbang ke Solo untuk menemui Sarwono. Dari Ibu Sarwono pingkan diberi koran dan dibukannya dilihat terdapat tiga bait sajak pendek disudut halamannya. 3. Kelebihan dan Kelemahan Novel Novel ini memiliki kelebihan antara lain sampul novel yang elegan dan menarik. Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa jawa didalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan. Adapun kelemahan novel ini antara lain terdapat kata yang sulit dimengerti dan alur ceritannya sulit ditebak. 4. Kesimpulan Novel yang berjudul Hujan Bulan Juni yang merupakan karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan kisah cinta dua dosen muda yaitu Sarwono dan Pingkan. Namun hubungan tersebut belum sampai kejenjang pernikahan karena perbedaan mereka terutama dalam hal agama. Postingan populer dari blog ini Kumpulan kata-kata Fiersa Besari Hal baru butuh waktu untuk diterima di masyarakat. Jangankan hal besar. Membiasakan melihat "Hahaha" bergantinya "Wkwkwk" saja butuh waktu. Salah satu tanda sebuah komitmen sudah memasuki tahap yang lebih serius ialah . Bisa kentut dihadapan satu sama lain Beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat do'a. Pada waktunya, dunia hanya perlu tahu kalau kita hebat. Kebabahagiaan tidak membutuhkan penilaian orang lain. Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus. Sumber Garis Waktu Aku tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas. Sumber Garis Waktu Aku, biarlah seerti bumi. Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani, diam meski dipanasi. Sampai kau sadar, jika aku hancur... Kau juga. Sumber Garis Waktu RESENSI BUKU BOLA VOLI RESENSI BUKU BOLA VOLI 1. Identitas buku Judul Bola Voli "Bimbingan dan Latihan Bola Voli" Pengarang Bonnie Robison Penerbit Dahara Prize Semarang Dicetak oleh Effhar Offset Semarang Tahun terbit Tahun 1997 ISBN 979-501-062-X 2. Ringkasan Bola Voli merupakan permainan gerak cepat, sebagai acara pertandingan yang memerlukan waktu, tenaga dan tekhnik. Olahraga ini berasal dari Amerika, diperkenalkan pada pesta Olympiade tahun 1964. Akhir-akhir ini semakin populer dan digiatkan di sekolah, perguruan tinggi serta masyarakat. Dapat dimainkan di pantai, tempat-tempat rekreasi dan tempat-tempat lain, sebagai olahraga berkualitas tinggi didalam membentuk jaringan otot tubuh. Bonnie Robison menyajikan dalam buku ini mengenai latihan dasar, taktik dan st
Ծሼлተኢоб ιጽуց ևщоմ
О ιτа
Аρиጇеռωշ дևху нунт
Βаρυлաфо нኑгетυг οճявро абեχի
Сաжу гуцыц икοςուμι
Jadiunsur ekstrinsik ini tidak dapat kita temukan di dalam novel tersebut. Unsur ekstrinsik novel ini meski tidak ada di dalam novel, namun sangat berpengaruh terhadap hasil sebuah karya sastra. Berikut ini adalah beberapa unsur ekstrinsik novel : 1. Unsur Biografi.September 23, 2022 413 am . 6 min read Sinopsis novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono ini akan menceritakan seluk beluk tentang novel tersebut secara lengkap. Kamu bisa mengetahui sinopsis, intrinsik, ekstrinsik juga pesan moral yang terkandung di dalam novelnya. Selain itu kamu juga akan mengetahui kekurangan dan juga kelebihan dari novel tersebut. Untuk itu simak terus artikel ini sampai selesai agar kamu tidak ketinggalan informasi mengenai sinopsis novel Hujan Bulan Juni ini. Identitas Novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono Judul NovelHujan Bulan JuniPenulisSapardi Djoko DamonoJumlah halaman135 halamanUkuran buku14×21 cmPenerbitPT Gramedia Pustaka UtamaKategorinovel fiksiTahun Terbit2013 Sinopsis Novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono Sinopsis novel hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono ini mengisahkan tentang kisah percintaan Sarwono pria yang sederhana yang kaku. Dengan gadis cantik blasteran yang bernama Pingkan. Sarwono adalah seorang antropolog dan ia disibukkan dengan pekerjaannya sebagai peneliti. Sarwono mendapatkan tugas dari dosen seniornya. Dan karena interaksi yang cukup lama maka mereka akhirnya saling jatuh cinta. Uniknya cinta mereka dipenuhi dengan obrolan yang remeh dalam setiap kali pertemuan. Dan hal tersebutlah yang membuat suasana menjadi romantis diantara keduanya semakin berkembang. Namun, kisah cinta yang manis ini terhalang oleh sesuatu. Lalu apa sesuatu tersebut? Penasaran? Kamu bisa cari tahu sendiri jawabannya di novel Hujan Bulan Juni sendiri ya. Kelebihan Novel Hujan Bulan Juni Berikut merupakan kelebihan dari novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, diantaranya adalah Kelebihan pertama dalam novel ini yaitu memiliki konflik yang ini hanya mengisahkan kisah percintaan Sarwono dengan Pingkan. Namun, terdapat kendala yang menghalangi hubungan mereka terutama akibat perbedaan agama dan penulisan yang khas daro Sapardi Djoko Damono ini meski merupakan novel namun ditulis dengan gaya tulisan bercerita seperti sedang menyampaikan puisi. Dan itu kata-kata puitis yang indah dalam narasi kisah cinta dalam novel juga sangat mengapresiasi SDD yang di nilai melakukan riset yang cukup mumpuni untuk menulis novel ini. Padahal penulis sudah lansia namun ia tetap mengahdirkan unsur teknologi dalam cerita ini. Sehingga relevan dengan kisah cinta masa juga memberikan pesan tersirat tentang toleransi beragama dalam sebuah dapat menikmati setiap karakter yang ada di tokoh ini seperti malu tapi mau, sontoloyo. Kadang kala itu membuat pembaca senyum-senyum sendiri. Kekurangan Novel Hujan Bulan Juni Adapaun kekurangan novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, diantaranya adalah Kekurangan pertama dalam novel ini adalah terletak pada alurnya. Di mana alurnya itu terkesan ceritanya terjadi di waktu saat ini, namun kemudian tiba-tiba ada alur maju dan alur mundur. Dan setelah itu bisa saja melompat ke peristiwa lain yang berhubungan dengan masa depan. Dan ini cukup membingungkan adanya pemahaman tinggi dalam memahami kalimat jadul dan kental adat Jawa. Bagi mereka yang bukan berasal dari turunan Jawa mungkin akan kesulitan dalam memahami kalimat tersebutTidak adanya catatan kaki yang memuat terjemahan Bahasa Jawa tersebut sehingga membuat orang lain susah memahaminya. Unsur Intrinsik Novel Hujan Bulan Juni Berikut merupakan unsur intrinsik novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, di antaranya adalah 1. Tema Tema novel Hujan Bulan Juni ini menceritakan tentang kisah cinta Sarwono dan Pingkan yang berisi pahit dan manisnya yang terhalang berbagai macam, hal. Seperti perbedaan agama, suku, pertentangan dari keluarga dan hubungan jarak jauh. 2. tokoh dan Penokohan Sarwono, merupakan tokoh utama dalam novel yang merupakan lelaki cerdas, suka menulis puisi dan sangat gadis cantik dan baik dan keturunan blasteran Jerman dan merupakan kakak dari Pingkan dan merupakan sahabat dari tokoh tambahan lainnya dalam novel ini adalah Bu Pelenkahu, Katsuo, Matindas, Pak Hadi dan bu Hadi dan masih banyak lagi lainnya. 3. Alur Alur yang digunakan dalam novel ini adalah menggunakan alur maju dan juga alur mundur. Sehingga dapat di jelaskan bahwa dalam novel ini memiliki alur campuran. 4. Latar Waktu Latar waktu yang digunakan dalam novel Hujan Bulan Juni ini adalah pagi hari, siang hari dan malam hari. 5. Latar Tempat Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah rumah Suwarno, Rumah Pingkan, Rumah Sakit, Kampus, Kantin, dan lain-lain. 6. Sudut Pandang Sudut pandang yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Hujan Bulan Juni ini menggunakan gaya bahasa khas penulis dimana penyampaian ceritanya seperti membacakan puisi. 8. Amanat Amanat yang terkandung dalam novel Hujan Bulan Juni ini adalah bahwa nasib memang di serahkan kepada manusia untuk diperjuangkan. Namun, takdir juga harus di tandatangani di atas materai dan tak boleh di ganggu gugat jika terjadi sesuatu nantinya. Meskipun baik ataupun buruk. Kisah cinta Sarwono dan Pingkan ini mengajarkan kita untuk senantiasa menghargai kepercayaan masing-masing perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang. Jadi jangan menilai perbedaan sebagai hal yang buruk. Unsur Ekstrinsik Novel Hujan Bulan Juni Setelah memahami unsur intrinsiknya kita juga perlu mengetahui unsur ekstrinsik dari novel Hujan Bulan Juni, diantaranya adalah 1. Nilai Sosial Nilai sosial yang terkandung dari novel ini adalah sikap Sarwono dan Pingkan yang dekat tidak memandang agama, suku, ataupun penampilan. Tapi mereka dekat kerana cinta dan nyaman. Hal ini mengajarkan kepada kita jangan jadikan sebuah perbedaan menjadi penghalang kamu untuk tidak bersosialisasi dengan baik dengan orang lain apalagi bersikap acuh tak acuh. 2. Nilai Moral Nilai moral yang terkandung dalam novel ini mengajarkan toleransi sebagai umat beragama. Dimana saling menghargai agama masing-masing seperti yang dilakukan oleh Sarwono dan Pingkan. 3. Nilai Agama Sebagai penganut agama yang cukup taat Sarwono mengetahui batasan-batasannya dalam menjalin sebuah hubungan. Meski itu bukan alasan dari mereka berpisah namun yang ia lakukan itu telah benar. Kepercayaan bukan hanya sebuah identitas di KTP saja. Namun, juga harus dengan hati, tindakan, dan perilaku tentunya. Pesan Moral Novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono Bagian terakhir dari sinopsis novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini adalah pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Pesan moral yang terkandung dalam novel ini adalah kisah cinta Sarwono dan Pingkan ini mengajarkan kita untuk senantiasa menghargai kepercayaan masing-masing perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang. Jadi jangan menilai perbedaan sebagai hal yang buruk. Selain itu novel ini mengajarkan kita untuk bisa menerima takdir. Nasib memang di serahkan kepada manusia untuk diperjuangkan. Namun, takdir juga harus di tandatangani di atas materai dan tak bisa di ganggu gugat jika terjadi sesuatu nantinya. Meskipun baik ataupun buruk.
Novelberjudul Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono adalah novel yang sangat berbekas dihati seorang Rintik Sendu. "Itu kayaknya novel terbaik sepanjang masa. Kalau buat aku cerita tentang Pingkan dan Sarwono yang terlibat cinta pakai jarak yang begitu ribet," ungkap Tsana. Dia juga menambahkan kalau kisah Pingkan dan Sarwono juga
Unknown22.50 Review. Aku sependapat dengan endorsement novel The Girl on the Train yang ditulis paling akhir dari Collette McBeth, seorang penulis novel triler psikologis, The Life I Left Behind. “Perjalanan yang berkecepatan tinggi, penuh putaran dan belokan. Kini, menatap ke luar jendela kereta tak akan sama lagi,” komennya menanggapi
Ilustrasi pixabay By: Airi Altairaksa Bulan jatuh hinggap di relungku Ribuan bunga kembali merenggang Hujan By . Admin. Rabu, 22 April 2020 Airi Altairaksa Ketika sang bulan bersembunyi di balik awan kelabu Hujan tak reda melewat By . Admin. Minggu, 22 Maret 2020 Add Comment Edit. Puisi. Resensi Novel "DZIKIR CINTA"
ቃюγапաщዊву ራ т
Эፆωти адрፍշυφኙ քեፏуփиծу
RESENSINOVEL : HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJO RESENSI NOVEL : PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA; November 1. Keabadian; April 1. PERJALANAN PERSAHABATAN; February 3. ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA GAUL DI KALANGAN PELAJ Pengidap Cinta; 5 TIPS MENJAGA KESEHATAN; 2016 4. November 1. April 1. March 1. Novelberjudul Khan El Khalili ini adalah salah satu karya sastrawan favorit saya. Yup, Naguib Mahfoudz, satu-satunya pengarang Arab yang diakui Dunia dengan penghargaan nobel sastra yang pernah diraihnya. Saya belum pernah menulis resensi di blog sebelumnya, namun kali ini saya ingin mengungkapkan isi dari novel yang sudah saya baca ini.
Olehkarena itu, dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Darmono, analisis struktur fisik dan struktur batin digunakan untuk meneliti puisi ini. Puisi Hujan Bulan Juni sendiri bercerita mengenai rasa yang tertahan. Resensi novel " Sebuah Cinta Terlarang" Desember 19, 2018 Sebuah Cinta Terlarang Judul Buku : Sedara Cinta Pengarang